Isi artikel di salah satu surat kabar ternama di Indonesia yang saya baca saat di perjalanan menuju Palembang pada waktu liburan yang lalu kurang lebih seperti berikut ini:
– Di Jepang, 80 orang tewas akibat suhu udara yang terlalu panas (heat stroke).
– Di Yunani, 88 orang tewas dalam peristiwa kebakaran hutan.
– Di Swedia, bulan Juli ini adalah yang terpanas dalam 250 tahun terakhir.
Dalam artikel yang sama, “rekor-rekor” berikut ini terpaparkan satu per satu:
– Rekor terpanas di kota Kamagaya 41,1 derajat Celcius dan kota Tokyo 40 derajat Celcius.
– Kota Chino di California, AS geger karena suhunya mencapai 48,9 derajat Celcius.
– Tahun 2017 adalah tahun terburuk kebakaran hutan di Eropa. 800.000 hektar lahan di Portugal, Spanyol, dan Italia habis terbakar.
Yang menarik bagi saya adalah artikel itu diakhiri dengan pertanyaan dan jawaban berikut ini:
Apakah kita akan terus melihat lagi fenomena-fenomena di atas dari tahun ke tahun jika kita tidak mengurangi emisi karbon?
Kemungkinan besar jawabannya adalah ya iya lah 😡
Pada foto di atas terlihat Kota Palembang terus berbenah membenahi jalur pedestrian dan transportasi publiknya (monorail). Keduanya berperan besar dalam mewujudkan konsep Low Carbon City. Satu lagi pertanyaan terakhir dari saya, bagaimana kondisi fasilitas-fasilitas umum tersebut selepas Asian Games 2018?